global303.com

Arsip Blog

Selasa, 30 Mei 2017

Berawal Dari Ngentot Mama Lanjut Ke Tante Ulfa

Cerita Ngentot – Berawal Dari Ngentot Mama Lanjut Ke Tante Ulfa – Kumpulan Cerita Seks Panas Hot, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Mesum ABG, Cerita Sex Janda Hot, Cerita Ngentot Tante Girang, Cerita Sex Cewek Nakal. lihat juga cerita sex bergambar sebelumnya Cerita Mesum Sama Tante Ibu Kost Toket Montok.


Cerita Dewasa – Pagi itu ketika aku aku sedang santai dirumah karena libur kuliah tiba-tiba aku mendapatkan telpon dari tanteku Ulfa untuk menemaninya dirumahnya karena suaminya sedang ada dinas luar kota dan harus menginap beberapa hari. Karena pada pagi itu aku sedang duduk santai dengan mamah, aku lalu mengajak mamah untuk sekalian tidur dirumah tante Ulfa. Dan akhirnya mamah pun setuju dan sore harinya aku dan mamahku langsung berangkat menuju rumah tante Ulfa.

Berawal Dari Ngentot Mama Lanjut Ke Tante Ulfa
Namaku Vian, aku berumur 22 tahun, dan tanteku Ulfa adalah adik kandung dari papahku. Tante Ulfa sendiri memiliki wajah yang lumayan cantik dengan bodi tubuhnya yang sangat menggoda. Umurnya belum terlalu tua siih, sekitar 36 tahunan, namun bodinya gak kalah dengan cewek-cewek kuliahan jaman sekarang. Lanjut lagi ceritanya, setelah aku sampai dirumah tanteku dengan mamahku, aku disambut dengan pemandangan yang sangat menggoda sekali, dengan pakaian yang dikenakan tanteku sungguh sangat menggoda. Dengan celana ¾ yang dikenakannya yang berbahan legging sangat membuatku nafsu, ditambah dengan kaos setritya yang tanpa lengan sangat membuatku ingin sekali meremas payudaranya yang berukuran kira-kira 36B itu. Arrrrgghh…aku hanya bisa menelan ludah melihat pemandangan tersebut.

Setelah kami masuk rumah tante, Aku diam di rumah bersama mama dan tante Ulfa. Sore itu, sekitar jam 4 sore, kulihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 40 tahun, Sangat cantik.

Saat itu entah secara tidak sengaja aku melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat buah dada mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya. Yang terutama jadi perhatian aku adalah memek mama yang dihiasi bulu hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama rajin merawatnya.

Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku intip dari lubang kunci. Terlihat mama sedang membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama sangat menggairahkan. Terutama memek mama yang aku fokuskan. Secara otomatis tangan aku meraba penis dari luar celana, lalu meremasnya pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang mama. Karena sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil membayangkan menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku orgasme.

Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.

“Vian..!” panggil mama.
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.
“Ada apa, Ma?” tanya aku.
“Pijitin badan mama, Vian. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.
“Iya, Ma…” jawab aku.

Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama.

“Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Vian?” tanya mama.
“Seluruh badan mama,” jawab aku.
“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.
“Ayo lanjutkan, Vian!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.
“Mama tidak malu buka baju depan Vian?” tanya aku.
“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.

Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat adalah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata terus memandangi pantat mama yang memakai celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.

“Kok dilewat sih, Vian?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.
“Mm.. Vian takut mama marah…” jawab aku.
“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.

Karena sudah mendapat angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat mama dari luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. penis aku sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.

Jari tengah aku mulai menyusuri belahan pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jari aku diam disana. Aku takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jari tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam. Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jari aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.

Karena sudah basah, aku nekad masukkan jari aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai bergoyang agak cepat.

“Vian, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.
“Vian tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.
“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.
“Sini berbaring Vian,” ujar mama lagi.
“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.

“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.
Mama menatapku sambil membelai rambut aku.
“Kenapa bernafsu dengan mama, Vian,” tanya mama lembut.
“Mama marahkah?” tanya aku.
“Mama tidak marah, Vian.. Jawablah jujur,” ujar mama.

“Melihat tubuh mama, Vian tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.
“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.
“Maksud mama?” tanya aku.
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba penis aku dari luar celana.

Aku kaget sekaligus senang. Mama mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.

“Buka pakaian kamu, Vian,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.
Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
“penis kamu besar, Vian…” kata mama sambil meraih penis aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.
Sambil menikmati enaknya dikocok penis aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.

Lalu mama menarik pantat aku hingga penis aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati penis aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika mama memasukkan penisku ke mulutnya. Hisapan dan permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok penisku perlahan.

“Enak sayang?” tanya mama sambil menengadah menatapku.
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini sayang. penismu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.

Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku arahkan penisku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing penisku ke lubang memeknya.

“Ayo, Vian.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.

Aku tekan penisku. Lalu terasa kepala penisku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang penisku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan penisku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.

“Enak, Vian?” tanya mama.
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan penis aku.
“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Vian?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.

“Karena mama sayang kamu, Vian…” jawab mama.
“Sangat sayang…” lanjutnya.
“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan penis aku menyetubuhi mama.
“Vian juga sangat sayang mama…” ujarku.

“Ohh.. Vian.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.
“Mama mau keluar…” desah mama lagi.
Tak lama kurasakan tubuh mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..
“Ohh.. Enak sayangg…” desah mama lagi ketika dia mencapai orgasme.

Aku terus menggenjot penisku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari penis aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..

“Ma, Vian gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh mama lalu menekan penisku lebih dalam ke memek mama.
“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.
Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.
“Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.

“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.

Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.

Malam harinya, sekitar jam 11 malam, ketika mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Ulfa masih nonton TV. Tante Ulfa memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah biasa melihat seperti itu.

Tiba-tiba tante Ulfa bertanya sesuatu yang mengejutkan aku.
”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama kamu di kamar?” tanya tante Ulfa.
“Hayo, ngapain..?” tanya tante Ulfa lagi sambil tersenyum.
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Ulfa sambil tersenyum. “Ngentot Tante Haus Sex”

“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Ulfa lagi.
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf dong, Vian. Tante becanda kok…” ujar tante Ulfa.
“Kamu mau kemana?” tanya tante Ulfa.
“Mau tidur,” jawabku pendek.

“Temenein tante dong, Vian,” pinta tante.
Aku kembali duduk dikursi di samping tante Ulfa.
“Ada apa sih tante?” tanyaku.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Ulfa.
“Kamu sudah punya pacar, Vian?” tanya tante Ulfa.
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.

“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Vian?” tanya tante Ulfa pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.
Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.
“Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.

Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante Ulfa. Tante Ulfapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono tante Ulfa. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan puting susunya. “Ngesex Memek Tante Girang”

“Mmhh..”

Suara tante Ulfa mendesah tertahan karena kami masih tetap berciuman. Tangan tante Ulfapun tidak diam. Tangannya meremas penisku dari luar celana kolorku. penisku langsung tegang.

“Vian, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Ulfa.
“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Ulfa.

Setiba di kamar, tante Ulfa dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta celana dalamnya. Akupun segera melepas semua pakaian di tubuh aku.

“Ayo Vian, tante sudah gak tahan…” ujar tante Ulfa sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.

Aku segera menindih tubuh telanjang tante Ulfa. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Ulfa sambil meremas buah dada yang satu lagi.

“Ohh.. Mmhh.. Viann.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Ulfa sambil tangannya memegang kepala aku.

Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, tante Ulfa segera melebarkan kakinya mengangkang. memek tante Ulfa bersih tidak berbau. Bulunya hanya sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera jilati memek tante Ulfa terutama bagian kelentitnya. “Ngentot Tante Haus Sex”

“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Ulfa sambil badannya mengejang menahan nikmat.

Tak berapa lama tiba-tiba tante Ulfa mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.

“Oh, Vian.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Ulfa.

Aku bangkit, mengusap mulut aku yang basah oleh air memek tante Ulfa, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. Tante Ulfa langsung membalas ciumanku dengan mesra.

“Isep dong penis Vian, tante…” pintaku.

Tante Ulfa mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kangkangi wajah tante Ulfa dan ku sodorkan penisku ke mulutnya. Tante Ulfa langsung menghisap dan menjilati penisku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghisap dan menjilat penisnya lebih pintar dari mama. “Ngentot Tante Haus Sex”

“Udah tante, Vian udah pengen setubuhi tante…” kataku.
Tante Ulfa melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan penis aku ke memeknya.
“Ayo, Vian.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Ulfa.
Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. penisku keluar masuk memek tante Ulfa.
“Vian kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.

“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Ulfa mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.
“Vian, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.

Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa penisku di memeknya.

“Tente udah keluar, sayang…” bisik tante Ulfa.
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Ulfa.
“Terus setubuhi tante, Vian.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.
“Vian mau keluar, Tante…” kataku. “Ngesex Memek Tante Girang”

“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Ulfa.
“Cabut dulu…” ujar tante Ulfa.
“Sini tante isepin…” katanya lagi.

Aku cabut penisku dari memeknya, lalu aku arahkan ke mulutnya. Tante Ulfa lalu menghisap penisku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar di dalam mulut tante Ulfa banyak sekali. Aku tekan penisku lebih dalam ke dalam mulut tante Ulfa. Tante Ulfa dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok penisku. Lalu dia menjilati penisku untuk membersihkan sisa air mani di penisku. Sangat nikmat rasanya besetubuh dengan tante Ulfa.

Aku segera berpakaian. Tante Ulfa juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan celana dalam.
“Kamu hebat, Vian.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Ulfa.
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan saja tante mau, Vian pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Ulfa. “Ngesex Memek Tante Girang”

“Vian kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas penisku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.

Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.

“Vian, semalam kamu ngapain di kamar tante Ulfa sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.

Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku, mama berkata, “Jangan sampai yang lain tahu ya, Vian. Mama akan jaga rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya perasaanku mendengarnya.

“Iya, Ma.. Vian suka tante Ulfa,” jawabku.
“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.
“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.
“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.
“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.

“Terima kasih ya, Ma…” kataku.
“Vian sayang mama,” kataku lagi.
“Vian, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.
“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap penisku.
“Vian akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.
“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk.. “Ngentot Tante Haus Sex”

Sejak saat itu hingga saat ini aku menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Ulfa kalau ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Ulfa kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel. Tamat


itil help deskitil practitioner


http://global303.com/


Cerita Dewasa Pengalaman Anal Seks Pertamaku

Cerita Dewasa – Cerita Pengalaman Anal Seks Pertamaku – Kumpulan Cerita Sex Panas Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum ABG, Cerita Sex Janda Hot, Cerita Ngentot Tante Girang, Cerita Seks Cewek Nakal. lihat juga cerita sex bergambar sebelumnya Gairah Hasrat Seksku Terpuaskan Oleh Keponakanku.


Pukul 15.25, suasana di kantor mulai terlihat menurun aktifitasnya. Beberapa staff dan karyawan lain ada yang mengobrol untuk menghabiskan waktu. Harry dan Leo, teman kerja dari Divisi Marketing, tiba-tiba datang ke ruangan kerja saya.

Cerita Pengalaman Anal Seks Pertamaku

Mereka saling pandang lalu tersenyum.

“Nanti sore kami ada acara khusus dengan 3 kolega bisnis…” kata Leo sambil tersenyum.
“Karena kami kurang satu orang, maka kami ajak kamu…” sambung Leo lagi.

Saya mengerenyitkan alis karena belum mengerti maksud mereka.

“Siapa mereka? Acara khusus apa?” tanya saya.
“Pokoknya kamu ikut saja deh. Dijamin puas…” kata Leo sambil menatap Harry.

Lalu mereka berdua tertawa. Saya juga ikut tertawa walau tidak mengerti apa-apa.

“Mana bisa menentukan sesuatu kalau saya tidak tahu apa yang akan dilakukan?” tanya saya.
“Kami ada janji bertemu dengan 3 orang staff Marketing Carrefour untuk memperlancar bisnis…” bisik Harry ke telinga saya.
“Lalu apa urusannya dengan saya?” tanya saya lagi.
“Mereka semua wanita, Roy.. Masa sih nggak ngerti juga?” kata Harry.

Saya mulai bisa menangkap arah pembicaraan mereka.

“Maksudnya acara khusus itu apa?” tanya saya lagi.
“Begini, Roy…” kata Leo.
“Ini bukan kali pertama kami have fun dengan mereka.. Ngerti, nggak?!” tegas Leo sambil tersenyum menatap saya.

Saya mengerti maksud mereka.

“Ngerti…” kata saya sambil tersenyum.
“Jam berapa? Dimana?” tanya saya.
“Ketemu mereka jam 7 di hotel Senen,” kata Harry.
“Baiklah, saya ikut…” kata saya.

Akhirnya kami bertiga tersenyum penuh arti. Setelah beralasan ada pertemuan bisnis kepada istri, saya dan Harry serta Leo segera meluncur ke hotel Senen menjelang jam 7. Disana, sekitar jam 6.45, kami bertemu dengan 3 wanita relasi bisnis Harry dan Leo. Saya dikenalkan kepada mereka. Mereka adalah Henny, 25 tahun, singel, Rita, 29 tahun, menikah, dan Shelly, 23 tahun, singel. Penampilan ketiga wanita tersebut sangat menarik sebagai wanita karier. Kecuali Rita yang agak gemuk, penampilan mereka sangat ramping dan sedap dipandang lengkap dengan dandanannya.

“Kita makan malam dulu atau bagaimana, nih?” tanya Leo.
“Tidak usahlah, kami sudah banyak ngemil tadi di kantor,” kata Shelly sambil tersenyum ke arah saya.

Saya balas senyum. Akhirnya setelah booking satu ruangan, kami segera masuk. Terus terang saja waktu itu saya sangat bingung harus bagaimana karena saya sama sekali belum pernah melakukan hal seperti ini. Saya banyak diam jadinya.

“Sudah berapa kali ikut, Roy?” tanya Shelly sambil duduk merapat kepada saya.
“Ini pertama kali,” kata saya sejujurnya sambil tersenyum.

Shellypun tersenyum manis. Waktu itu saya lihat Harry dan Rita sudah mulai berciuman di kursi. Tangan mereka sama-sama aktif saling mengelus, mengusap dan meremas tubuh pasangannya. Sedangkan Leo dan Henny terlihat saling membuka pakaian masing-masing di atas tempat tidur besar. Setelah benar-benar telanjang bulat mereka langsung berguling berpelukan sambil tangan mereka bergerak bebas di tubuh pasangannya. Melihat hal itu, kontol saya mulai bangkit. Benar-benar pemandangan yang membuat kelelakian saya tergugah.

“Kok diam saja sih, Roy..?” kata Shelly sambil naik ke pangkuan saya.

Dengan tanpa ragu, mungkin sudah terbiasa, Shelly langsung melumat bibir saya dengan panas. Sementara tangannya bergerak membuka semua kancing baju saya. Sayapun membalas ciuman Shelly dengan panas pula. Tangan saya mulai meremas buah dada lalu membuka semua kancing kemeja Shelly. Tak tanggung, BH-nya juga segera saya buka.


Tak lama Shelly langsung turun dari pangkuan saya. Dibukanya rok mini dan celana dalam mini yang dia pakai. Sayapun demikian. Saya buka seluruh pakaian sampai kami sama-sama telanjang. Shelly langsung memeluk saya dan kembali mencium bibir saya dengan panas sambil tangannya meremas dan mengocok pelan kontol saya. Rasanya sangat enak.. Sayapun balas ciuman Shelly sambil meremas pantat kenyalnya. Kontol saya sesekali menusuk perut langsingnya.

Ciuman Shelly lalu turun ke dada saya, dijilat dan digigit kecil puting susu saya, lalu lidahnya makin turun ke perut. Lidahnya berhenti ketika menyentuh bulu kemaluan saya yang agak lebat. Tangannya tetap mengocok pelan kontol sambil menatap mata saya. Kemudian ketika mulut Shelly mengulum, menjilat dan menghisap kontol saya, terasa sangat hangat dan nikmat yang tak bisa dikatakan seperti apa. Apalagi ketika sesekali Shelly melepas hisapannya lalu mengocok kontol saya dengan keras, lalu menghisapnya lagi.. Rasa nikmatnya benar-benar tak bisa saya ungkapkan. Saya hanya bisa terpejam dan memompa kontol saya keluar masuk mulut hangat Shelly.

“Gantian dong, Roy…” kata Shelly sambil bangkit lalu memeluk dan melumat bibir saya. Saya mengangguk.
“Dimana?” tanya saya.
“Di ranjang saja…” kata Shelly sambil tangannya menarik tangan saya ke ranjang.

Saat itu Leo sedang menyetubuhi Henny. Shelly segera telentang di samping tubuh Henny, sayapun langsung membuka pahanya lalu lidah saya bermain menjilati semua sudut memek Shelly yang bersih tak berbau. Desahan dan erangan serta geliat tubuh Shelly sangat jelas ketika menikmati nikmatnya dijilat memek. Sesekali tangannya meremas rambut saya lalu mendesakkan kepala saya ke memeknya..

“Cepat naik, Roy.. Setubuhi saya!” pinta Shelly dengan nada bergetar.

Sayapun lalu bangkit dan segera memasukkan kontol ke memek Shelly yang sudah sangat basah sehingga memudahkan masuknya kontol. Tak lama saya dan Shelly sudah bermandi peluh dihiasi dengan desah dan erangan kenikmatan yang keluar dari mulut kami seiring dengan keluar masuknya kontol saya di memek Shelly. Ada suatu hal yang lebih memanaskan suasana ketika saya asyik menyetubuhi Shelly entah sudah berapa posisi, tiba-tiba Henny yang sedang disetubuhi Leo disamping kami, tangannya memegang pundak saya lalu menarik leher agar mendekati wajahnya, kemudian dilumatnya bibir saya habis. Saya membalas ciumannya sambil tetap menyetubuhi Shelly. Sedangkan tangan saya satu meremas buah dada Henny yang sedang asyik disetubuhi Leo. Hal ini tambah memberikan suatu energi buat saya untuk memacu birahi.

“Roy, gantian..!” tiba-tiba Leo menepuk pundak saya sambil melepas kontolnya dari memek Henny.

Tanpa banyak cakap sayapun mencabut kontol saya dari memek Shelly. Tak lama Leo sudah mulai menyetubuhi Shelly. Ketika saya mau mengangkangi tubuh Henny, tiba-tiba Henny bangkit lalu meraih kontol saya yang masih basah oleh cairan memek Shelly. Dikocoknya kontol saya lalu mulutnya yang agak tebal menghisap dan menjilat kontol saya.

Di sudut terlihat Harry sedang memompa kontolnya di anus Rita. Rita terpejam entah merasakan apa. Harry terpejam sambil terus memompa kontolnya dengan cepat, sampai akhirnya terlihat Harry mencabut kontolnya dari anus Rita lalu tampak air mani Harry muncrat di pantat Rita. Harry terkulai lemas sambil memeluk Rita dari belakang di atas kursi.

“Ohh.. Fuck!! Ohh,” terdengar teriakan lirih Shelly ketika mendapat kenikmatan ketika kontol Leo keluar masuk memeknya.
“Masukkin sini, Roy…” pinta Henny sambil merebahkan dirinya menyamping.

Jarinya dimasukkan ke lubang anusnya. Sejenak saya hanya diam, ragu karena tidak pernah melakukannya. Tapi dorongan nafsu yang kuat akhirnya menghilangkan keraguan saya itu. Saya ludahi tangan lalu dioleskan ke kepala dan batang kontol saya agar licin. Lalu secara perlahan saya susupkan kepala kontol saya ke lubang anus Henny. Mata Henny terpejam sambil memegang batang kontol saya. Lama-lama kepala kontol saya masuk ke anusnya, lalu perlahan saya tekan lebih dalam lagi sampai akhirnya tigaperempat bagian batang kontol saya masuk anusnya. Perlahan saya keluar masukan kontol di anus Henny. Mulanya tampak Henny menggigit bibir, tapi lama-lama matanya terpejam dan terdengar desahan kenikmatan.

“Ohh.. Sshh…” desah Henny sambil menggoyang pantatnya.

Wahh..!! Merupakan suatu pengalaman yang luar biasa.. Saya merasakan rasa nikmat yang sangat luar biasa ketika anus Henny dengan sangat ketat menjepit ketika saya memompa kontol di anusnya. Sementara Hennypun tampak menikmati posisi seperti ini. Sewaktu saya masih merasakan nikmatnya kontol keluar masuk anus Henny, terdengar Leo mengerang sewaktu air maninya menyembur di dalam memek Shelly.

“Jangan dulu dicabut, Leo! Aku juga mau keluar!” kata Shelly dengan suara serak tertahan. Pinggulnya bergoyang cepat sambil mendesakkan memeknya ke kontol Leo agar masuk lebih dalam.

Tak lama, “Ohh.. Fuck! Fuck! Mmhh…” erang Shelly mencapai orgasme.

Tubuh lunglai Leo ambruk memeluk tubuh Shelly. Sementara saya terus memompa kontol di lubang anus Henny. Desahan dan erangan nikmat kami terus terdengar. Sampai saatnya saya merasakan ada dorongan yang ingin keluar dari kontol saya. Saya pompa kontol saya makin keras.

“Saya mau keluar…” kata saya sambil mata terpejam.

Saya tekan kontol saya dalam-dalam sampai hampir masuk semua ke dalam anus Henny. Lalu, croott! Croott! Croott! Air mani saya keluar banyak di dalam anus Henny. Kontol saya terasa makin hangat di dalamnya. Henny tersenyum.

“Bagaimana rasanya?” tanya Henny dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
“Wahh.. Enak sekali…” kata saya sambil mencabut kontol saya perlahan.

Tampak air mani saya banyak menempel di batang kontol saya, lalu tampak pula air mani yang keluar dari lubang anusnya. Henny bangkit lalu meraih sprei dan mengelap air mani di anus dia serta kontol saya. Malam itu kami melakukan dua kali persetubuhan dengan berganti pasangan. Hanya sekitar 3 jam kami menikmati malam itu.

Setelah berpakaian, saya bertukar kartu nama dengan mereka. Lalu kami pulang. Entah kapan lagi bisa ada ajakan khusus seperti itu lagi..

Wahh..!! Malam itu benar-benar pengalaman pertama saya yang sangat penuh sensasi. Bersetubuh ramai-ramai sambil ganti-ganti pasangan benar-benar membuat gairah seksual saya terdongkrak dan bangkit beberapa kali lipat dari biasanya. Apalagi ditambah dengan anal seks yang baru pertama kali saya lakukan. Nikmatnya benar-benar lebih dari aktifitas seks biasa. Saya tidak ada kata-kata untuk menggambarkannya.





Cerita Horny Pacarku Tanpa Pakaian Dalam

Cerita DEWASA– Cerita Horny Pacarku Tanpa Pakaian Dalam – Kumpulan Cerita Sex Panas Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum ABG, Cerita Sex Janda Hot, Cerita Ngentot Tante Girang, Cerita Seks Cewek Nakal. lihat juga cerita sex bergambar sebelumnya Ibuku Minta Lulur Berujung Adegan Sex.


Hari itu santi mengundangku untuk datang ke tempat kostnya, ia akan memasak nasi goreng sosis kesukaanku. Santi juga mengatakan di telepon, dengan suara manjanya, bahwa aku bukan hanya diundang makan malam. Aku juga diminta untuk menemani rasa sepinya dengan menginap di sana. Aku terbahak mendengar ucapan Santi yang terus terang itu. Permintaan Santi memang masuk akal. Akhir minggu itu memang hari-hari terakhir menjelang libur panjang akhir tahun, sehingga seluruh teman-teman kostnya telah pulang ke daerah asal mereka masing-masing. Sementara, ibu kost meminta Santi tinggal sampai dengan hari Minggu malam untuk menjaga rumah, karena mereka sekeluarga akan pergi ke Bandung untuk menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu saudaranya. Sehingga akhirnya hanya ada Santi seorang diri di pavilion kost, sementara soerang pembantu lain tinggal di rumah induknya.

Cerita Horny Pacarku Tanpa Pakaian Dalam
Ketika aku tiba di rumah kost Santi, ia tampak sedang menyiapkan nasi goreng sosis di sebuah pantry kecil di dalam pavilion itu. Ia segera menawarkan minuman kepadaku dan mempersilakan aku untuk mengambilnya sendiri dari dalam kulkas kecil di sudut pantry itu. Aku memilih sekaleng coca cola kesukaanku. Sambil mengobrol kiri-kanan, Santi meminta maaf kepadaku, karena ia harus kembali bekerja di pantry untuk menyiapkan makanan.

Aku berdiri di pintu pantry dengan sekaleng coca cola dingin di tanganku, melihat Santi sibuk mencuci sayuran segar untuk pelengkap nasi gorengku nanti, di sebuah pinggan keramik bermotif ikan-ikan kecil warna-warni. Pantry di rumah kost Santi, walaupun ukurannya relatif kecil tetapi sangat bersih. Di tengah-tengah ruangannya terdapat sebuah meja, tempat Santi saat ini menyiapkan masakannya itu. Tubuhnya membelakangiku, hanya dibungkus rok span pendek dari kain tipis dan badannya dibalut kaos tanpa tangan. Sambil berbicara kesana-kemari, aku diam-diam memandangi tubuh itu. Jelas sekali, tubuhnya yang menggairahkan itu tidak memakai sepotong pakaian dalam pun. Tidak ada celana dalam, tidak ada bra. Kain tipis yang dipakai sebagai rok itu, tak mampu melindungi cahaya menerawang, memperlihatkan bayangan dua paha yang mulus. Kaosnya juga terlalu sempit, tidak bisa menyembunyikan keindahan payudaranya yang padat membusung itu.

Pemandangan seperti itu adalah magnet yang amat kuat, menarikku untuk segera mendekat. Diam-diam aku meletakkan kaleng minumanku, lalu berjalan tanpa suara. Sekejap aku sudah sampai di belakang Santi, dekat sekali.. sehingga seluruh harum tubuhnya tercium dengan jelas. Lalu aku mencium tengkuknya.
“Hei..!” Santi menjerit kaget, “Mas, jangan nggangguin Santi dong.., ntar makanannya jadi nggak enak lho!”.
Aku tidak peduli. Aku terus menciumi tengkuk yang dipenuhi rambut-rambut hitam halus itu. Harum sekali tengkuk itu. Santi menggeliat, mencoba menghindar. Tetapi nyatanya ia tidak sungguh-sungguh menghindar. Cuma bergerak-gerak sedikit saja. Apalagi aku kini mendesak ke depan, menyebabkan Santi terjepit di antara tubuhku dan meja pantry-nya. Tanganku mengusap-usap bukit indah di belakang Santi, sesekali meremasnya. Tanganku yang lain telah merayap ke depan, menjamah sebuah payudara Santi yang bergoyang-goyang seksi setiap kali ia menggelinjang.
“Oocch, Mas.. jangan sekarang..,” Santi mendesah, menggerak-gerakan bahunya mencoba menhindari ciumanku di sepanjang pangkal lehernya.
Tetapi dalam hatinya, ia berkata lain, dan berharap aku tidak segera mengakhirinya.

Aku memang tidak berhenti. Tanganku merayap ke bawah, menyingkap rok yang dikenakan Santi. Memang betul, ia tidak bercelana dalam, dan pemandangan indah segera terpampang. Santi memiliki bagian belakang yang mempesona, kenyal-padat dan menonjol mengundang selera. Dengan gemas aku meremas-remas, membuat Santi menjerit kecil sambil menahan geli. Kedua tangan Santi kini tak bisa meneruskan pembuatan nasi gorengnya, dan berpegangan di bibir meja, antara bertahan dan menyerah. Dengan jari tengahku, aku menelusuri celah sempit di antara dua bukit kenyal di bokong yang seksi itu. Santi menggelinjang merasakan kenikmatannya mulai terbangun di bawah sana. Apalagi lalu jari itu semakin lama semakin ke bawah, lalu agak ke depan, menyelinap ke gerbang kewanitaannya dari belakang. Wow! Santi merenggangkan kedua pahanya, tidak tahan mendapat perlakuan seperti itu.

Sementara tanganku yang lain kini masuk menelusup ke kaos Santi, menjalar menuju bukit payudaranya yang membusung. Oocch.., hangat sekali telapak tanganku merayapi perutnya, naik ke bagian bawah dadanya, lalu menyelinap di antara kedua payudaranya, sebelum akhirnya naik ke salah satu puncaknya.

Santi menggeliat dan mengerang pelan ketika telapak tangan itu berputar-putar ringan di atas puting susunya. Oocch.., geli sekali rasa puncak-puncak payudara Santi, membuat tubuhnya bergetar pelan. Kepala Santi berputar-putar seperti seorang olahragawan sedang warming up, karena bibirku menjalari lehernya, mengendus-endus tengkuknya lagi, membuat Santi kegelian.

Tiba-tiba aku membalikkan tubuh Santi, membuat ia menjerit kaget. Dengan segenap kekuatanku, aku sanggup memutar tubuh rampingnya dengan cepat. Tidak itu saja, aku bahkan sudah mengangkat Santi dan mendudukkannya di atas meja pantry yang di sana-sini dipenuhi bahan-bahan mentah masakannya: nasi putih, sosis, sayuran, sambal, saus tomat, minyak dan mentega. Lalu, aku berjongkok, dan Santi tahu apa yang akan aku lakukan. Dengan gerak cepat, aku menyingkap roknya, sehingga membuat kewanitaannya terpampang bebas dalam terang lampu pantry yang bagai siang hari. Jelas sekali terlihat kewanitaan Santi yang terbalut bulu-bulu hitam lebat tetapi sangat rapi karena baru dicukur, harum karena baru dibasuh sabun wangi.

Bentuknya menyerupai buah ranum dengan belahan di tengah, menggiurkan sekali. Belahan itu lah yang segera aku ciumi, akut telusuri dengan lidahku, membuat Santi merintih nikmat dan memperlebar kangkangannya. Aku pun membantu dengan tanganku, mendorong kedua paha Santi agar lebih jauh terbuka.

Kewanitaan Santi seperti direntang, kedua bibir-bibirnya yang tebal itu terkuak, menampakkan lembah merah-muda yang halus seperti sutra dan licin seperti diminyaki. Aku menjilati bagian yang terkuak itu, mendesak-desakkan lidahku yang panjang ke dinding-dinding kewanitaan Santi, menimbulkan perasaan yang tak terperi dalam dirinya.
“Occhh.., acchh.., ngg..,” cuma itu yang bisa keluar dari mulut Santi.
Ia tidak tahu bagaimana mengungkapkan kenikmatan yang sedang dirasakannya.

Santi tak kuasa menahan tubuhnya rebah di meja pantry. Untunglah meja itu cukup lebar untuk menampung seluruh badannya, walau kedua kakinya tetap bergelantungan, disangga oleh bahuku. Rasa geli dan nikmat menjalar ke seluruh tubuh Santi, meletup-letup seperti air mendidih. Apalagi ketika lidahku bermain-main di daging kecil yang menonjol dalam lempitan bagian atas kewanitaannya. Aku menggunakan jari-jariku untuk menguak persembunyian “Si Kecil Merah” itu, menarik ke atas kulit tebal yang menyembunyikannya, sehingga tonjolan kecil yang berdenyut-denyut lemah itu kini bebas terbuka. Dengan ujung lidahku, aku menjilati si kecil, mengirimkan sejuta kenikmatan yang menjalar cepat ke seluruh tubuh Santi, membuat wanita itu merintih-rintih dan mengerang keras. Salah satu tangan Santi tak sengaja menyentuh botol saus tomat, menyebabkan isinya tumpah di atas meja. Terkejut, Santi bangkit dan memintaku berhenti sebentar. Bukan saja ia ingin menghentikan tumpahan saos tomat, tetapi ia juga punya ide cemerlang!

Aku menghentikan ciumanku, sambil tetap menyenderkan kepalaku di paha Santi yang putih mulus itu.
Lalu aku mendengar Santi berkata, “Kita main-main dulu yaa.., Mas?”

Belum lagi aku menjawab dan mengerti apa maksud ucapannya, Santi telah menuangkan saos tomat ke kewanitaannya. Tersentak, aku mengangkat wajahku dan memandang takjub, melihat saos tomat berleleran keluar dari botol dan memenuhi celah kewanitaan Santi. Acch,.. sebuah permainan baru!
“Mas, bersihkan saus tomat itu dengan mulutmu, please..,” desah Santi nyaris tak terdengar.
Botol saus tomat telah diletakkannya kembali.

Tanpa banyak bicara, aku langsung menjilati saos tomat itu. Santi mendesah, memandangi kewanitaannya dilahap oleh mulutku. Oocch.., menggiurkan sekali pemandangan itu. Nikmat sekali rasanya “dimakan” seperti itu, dibumbui saos tomat. Santi mengerang, merasakan orgasme pertamanya akan segera tiba. Ia merebahkan kembali tubuhnya ketika aku tidak lagi hanya menjilat, tetapi juga mengulum-ngulum “Si Merah Kecil” yang dipenuhi saos tomat, menyedot-nyedotnya seperti hendak membuatnya licin bersih. Seketika, Santi merasakan klimaks yang bergelora menyergap seluruh tubuhnya, dimulai dari selangkangannya dan menyebar cepat ke atas, membuatnya menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. Aku terus menyedot, mengulum, mengunyah-ngunyah. Santi berteriak-teriak kecil, tak tahan menerima kenikmatan yang bertubi-tubi itu.

Lalu permainan kami semakin menggila. Semakin spontan. Aku menemukan sebuah sosis matang tergeletak di dekatnya. Aku mengambil sosis sebesar ibu jari itu, dan sebelum Santi tahu apa yang terjadi, sosis itu telah melesak ke dalam kewanitaannya. Tadinya, Santi mengira itu salah satu jariku, dan ia mengerang merasakan kenikmatan diterobos daging licin. Tetapi dengan takjub ia kemudian sadar bahwa “jari” itu perlahan-lahan aku makan, aku tarik keluar sedikit-demi-sedikit. Santi bangkit lagi, memandangiku dengan lahap memakan sosis yang agak basah berlumuran cairan cintanya. Aacch.., menggairahkan sekali pemandangan itu. Dengan segera Santi mengambil lagi sebuah sosis. Ketika sosis pertama selesai aku makan, dengan segera Santi memasukkan sosis yang baru. Dengan cepat sosis ini aku makan pula. Lalu yang ketiga. Keempat..

Santi meregang merasakan kenikmatan yang unik menyerbu tubuhnya. Orgasme datang lagi bertubi-tubi, sementara aku merasa birahiku semakin meningkat setelah menikmati sosis yang fresh from the oven itu!

Aku bangkit, mengeluarkan kejantanan dari celanaku. Besar dan tegang sekali kejantananku. Santi melirik ke bawah dari posisi berbaringnya.. Oocch, memandang kejantananku saja sudah cukup memberinya semangat baru. Santi sangat menyukai milikku yang satu itu, sangat kenyal dan kuat, mampu bertahan dalam percumbuan yang panjang menggairahkan. Sambil mengerang, Santi membuka kedua pahanya lebih lebar lagi, meletakkan tumit-tumitnya di pinggir meja. Dengan posisi seperti ini, Santi bagai hewan kurban yang siap disembelih, di atas altar kenikmatan yang dipenuhi bahan-bahan masakan!

Pelan-pelan aku menuntun kejantananku memasuki gerbang kewanitaannya. Kenyal sekali liang yang basah oleh aneka cairan itu, termasuk saos tomat dan kuah sosis. Aku mula-mula menggosok-gosokan bagian kepala dari kejantanannya yang telah membesar itu. Oocch.., Santi merasakan kegelian yang amat-sangat, membuatnya bergidik-bergeletar.

Lalu, perlahan-lahan aku mendorong kejantanannya masuk. Perlahan sekali, mili demi mili batang-otot yang panas-berdenyut itu melesak ke dalam.
“Ah.. acchh.. acchh.. acchh..” Santi mengerang setiap kali kejantananku menerobos masuk. Setiap mili gerakanku menimbulkan percikan nikmat, sehingga ketika akhirnya seluruh kejantanan itu tenggelam di dalam kewanitaannya, Santi langsung mencapai orgasme ketiganya. Cepat sekali puncak birahi itu datang bergantian. Padahal aku belum lagi bergerak maju-mundur.

Aku lalu menaburkan sayuran yang tadinya tengah dicuci dan dipersiapkan sebagai pelengkap nasi goreng di atas dada Santi yang sedang berguncang-guncang. Warna hijau, kuning dan merah segera menghiasi tubuh putih mulus itu. Santi kegelian merasakan daun-daun yang basah dan dingin melekat di tubuhnya yang panas terbakar birahi. Rasa yang amat kontras ini -panas dan dingin- menambah rangsang baru di diri Santi. Betul-betul unik permainan cinta kami kali ini. Betul-betul spontan dan tanpa tedeng aling-aling. Inilah yang selama ini diimpikan Santi jika bercinta. Beruntung sekali ia mendapatkan pasangan bercinta sepertiku.

Sambil mulai menggerak-gerakan pinggulku, menghujam-hujamkan kejantananku, aku pun menunduk mulai memakani sayur-sayuran. Santi telah pula menaburkan saus tomat dan mentega cair di atasnya, sehingga benar-benar menjadi santapan lezat. Sedap sekali rasanya memakan sayur segar di atas tubuh wanita yang menggairahkan ini. Sambil menikmati pula cengkraman otot kenyal di bawah sana yang mengurut-urut kejantananku. Wow!

Aku bagai berada di langit ke tujuh. Fantasi seksualku tersulut dengan cepat, membakar badanku, menyediakan energi berlipat ganda untuk terus bercumbu dan bercumbu lagi.

Santi merintih-mengerang merasakan bagian-bagian dari tubuhnya ikut tergigit ketika aku menyantap “sayuran” di atas tubuhnya. Hal ini menambah nikmat permainan cinta kami, dan sekali lagi, tanpa dapat dicegah, orgasme keempat datang menderu memenuhi tubuh Santi yang memang sudah sangat sensitif ini. Sedikit saja gerakanku mampu menimbulkan kobaran birahi yang membahana. Sedikit saja aku memaju-mundurkan kelaki-lakianku, Santi sudah menjerit-jerit kecil merasakan kenikmatan yang berlipat ganda. Pada saat Santi mencapai klimaks, aku menggigit seiris tomat di puting Santi, dan secara tak sengaja menggigit pula puting itu. Santi menjerit karena ada rasa perih, tetapi jeritannya segera berubah menjadi erangan karena aku pun segera menyadari “kecelakaan” itu, dan mengubah gigitannya menjadi kuluman. Rasa perih segera bercampur dengan geli, cepat sekali membuat Santi menggeliat kuat dan menyerah pada gelombang-gelombang besar puncak birahinya.

Ketika semua sayuran telah habis, Aku tidak lagi memiliki kegiatan lain selain menggenjot menghujam-hujamkan kejantananku. Setelah sekian lama menahan diri dan memberikan empat orgasme kepada Santi, kini aku membiarkan klimaksku sendiri datang menyerbu. Aku mempercepat hujaman-hujaman kejantananku, tidak mempedulikan Santi yang sebenarnya belum lagi selesai dengan klimaks terakhirnya. Santi masih menggelepar-gelepar merasakan akhir dari klimaks itu, tetapi aku telah pula memberikannya kenikmatan baru. Tubuh Santi berguncang, menggeliat, meluncur hampir terjatuh dari meja yang kini penuh keringat bercampur air bekas sayuran, saos tomat, dan sebagainya. Aku cepat-cepat menahan tubuh itu, mencengkram bahunya dengan kuat. Santi cepat-cepat pula berpegangan pada pinggir meja.

Dengan erangan yang menyerupai banteng terluka, Aku akhirnya melepaskan salvo-salvo birahiku, menumpahkan banyak sekali lahar putih pekat yang muncrat sangat kuat dari ujung kejantananku. Santi entah sedang berada di langit yang keberapa, tidak bisa merasakan semprotan-semprotan hangat di dalam kewanitaannya, karena ia sendiri sedang meregang menikmati klimaks kelimanya yang datang menyambung akhir klimaks sebelumnya. Kedua kakinya erat menjepit pinggangku. Matanya terpejam. Mulutnya menganga dengan suara-suara tertahan seperti orang tercekik. Payudaranya berguncang-guncang hebat.

Sebuah desahan yang panjang akhirnya keluar dari mulut Santi, setelah segalanya mereda. Aku terkulai menindih tubuh Santi. Meja pantry berantakan. Botol saos tomat akhirnya terguling tanpa dapat dicegah. Untung botol itu kuat sehingga tidak jatuh berkeping. Tetapi isinya bermuncratan ke mana-mana, bercampur potongan-potongan sayur, tebaran nasi putih yang belum sempat di masak, lelehan mentega cair dan beberapa buah tomat yang jatuh bergelindingan. Kacau sekali!

“Oocch, Mas.. kamu harus membantu Santi membersihkan pantry!” begitu kata Santi setelah kami mampu berbicara lagi.
Berdua kami tertawa terbahak-bahak mengenang kegilaan-keedanan yang baru saja kami lalui.

Makan malam kali ini terpaksa ditunda. Setelah membersihkan pantry, Santi dan aku kehilangan nafsu makan. Sebaliknya, setengah jam kemudian kami telah terlihat bergumul di kamar tidur. Percumbuan dilanjutkan, tetapi dengan tempo yang jauh lebih lambat, dan dalam rentang waktu yang jauh lebih lama.

Kami tak perlu khawatir, karena di seberang tempat kost Santi ada restoran nasi goreng yang buka 24 jam.Tamat


itil help deskitil practitioner

http://global303.com/